Minggu, 12 Oktober 2008

Malam Resepsi Plus Melayat

Malam minggu rahat ma ada akan acara pesta ba kakawinan salah sa urang warga komplek Wira Pratama II Banjarbaru (Henny Risna Hidayani[Kiki] dan Agung), aku mendapat bagian tugas sebagai pelaksana dekorasi bersama kawan-kawan. Namun sebelum beranjak ketempat acara, secara tak sengaja mataku menatap selebaran surah yaa siin yang bergelayut di dinding ruang keluarga, tanpa ada keraguan dan itu ini aku langsung membacanya sampai tuntas, baru kemudian melangkah pergi ke tempat acara dan bertemu dengan seorang warga yang juga mau kesana.
Di tempat acara semua tenda, kursi dan meja berdiri dengan rapi sebagai layaknya biasa, dan persiapan lainnya sudah di persiapkan buat besok hari. Kutanyakan pada pihak keluarga tentang dekorasi, namun mereka sudah memesan lebih dahulu, alhasil aku hanya membantu sebagian apa apa yang di perlukan saja dan tidak jadi melakukan pekerjaan dekorasi.
Sambil duduk-duduk bersama beberapa orangtua dan mendengarkan pembicaraan mereka, sesekali aku bertanya pada mereka kala diam. Mulai dari mana awal pembicaraan mereka, aku tidak begitu ingat jelas.
Yang masih ingat adalah tentang pemekaran wilayah Kalimantan selatan.
Kabupaten Banjar dengan Ibu Kota Martapura dulunya mencakup wilayah Kabupaten Barito Kuala ( Marabahan ), Kabupaten Tanah Laut ( Pleihari ), Kota Madya Banjarbaru ( Banjarbaru ).
Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan Ibu Kota Kandangan, mencakup wilayah Kabupaten Tapin ( Rantau ), Kabupaten Hulu Sungai Tengah ( Barabai ).
Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan Ibu Kota Amuntai mencakup wilayah Kabupaten Tabalong ( Tanjung ), Kabupaten Balangan ( Paringin ).
Dan Kabupaten Kotabaru dengan Ibu Kota Kotabaru mencakup wilayah Kabupaten Tanah Bumbu ( Batu Licin ).
Kemudian beralih ke masalah Kota Banjarbaru dan perkembangannya hingga sekarang. Disitu juga mereka membicarakan tentang orang jawa pertama yang menjadi penduduk Banjarbaru, Bapak Dul Fatah begitulah mereka menyebutnya.

Beliau di jemput dari Kebumen Jawa Tengah dalam rangka proyek irigasi di Barabai, beliau di bikinkan rumah di wilayah Sumberadi Banjarbaru dan menetap disana. Beliau ahli dalam soal tukang batu karena rata-rata orang asli Banjar ahli dalam soal kayu, makanya beliau di jemput oleh orang tua si pencerita yang saat itu menjadi kepala proyek.
Terus berlanjut ke pendirian STM YPK Banjarbaru, dimana Murid-muridnya Cuma beberapa orang, sambil belajar mereka membangun gedung sendiri, mereka juga mendapatkan proyek mendirikan gedung Museum Banjarbaru.
Terus dan teruuss cerita tentang Awal mula Kota Banjarbaru hingga pukul 02, sementara warga yang lain asik main Gaple.
Setelah agak capek bercerita, barulah yang lain beranjak dari duduk dengan alasan pulang. Aku juga merasa penat dan lelah kemudian beranjak pulang, karena rokoknya abis….hehehe.
Saat merebahkan diri dan mulai memejamkam mata, tiba-tiba handphone ku menyalak, kulihat siapa yang menelpon, ternyata temanku. langsung saja ku angkat.
Dia mengabarkan bahwa Kai meninggal dunia, yakni mertuanya bos, juga ayah dari salah seorang warga komplek Wira Pratama II. Ku telpon teman yang dekat dengan rumah kai, benar katanya. Inna Lillahi Wa inna Ilaihi Roji’uun. Aku langsung beranjak bangkit dari pembaringan kemudian keluar kembali ke tempat semula dan mengabarkan berita duka ini pada warga yang sedang asik main gaple lantas pergi ke rumah duka. Disana kutemukan sudah banyak yang melayat tapi jenazah belum datang dari rumah sakit Mawar Banjarbaru.
Setelah jenazah datang, aku dan bos pergi mengambil hambal ke komplek Listrik II dimana bos biasa tinggal dan aku di tinggal di rumah sementara, kalau-kalau si keponakan kecil bangun. Sebentar kemudian datang lagi, terus aku disuruh bawa roda dua sekalian mengantarkan sesuatu yang sangat diperlukan mereka.
Aku hanya mendengarkan pembicaraan warga yang melayat sambil menunggu kalau-kalau ada yang bisa dibantu. Bersama Ikienz dan Ayum kami bercakap, siapa yang tak kenal mereka berdua, di Warga Tunggal ini… hehehe..
Menjelang adzan subuh aku di perintahkan untuk mengantarkan secarik kertas pengumuman ke Mesjid Darul Muhajirin, bersama Ayum menyampaikan pesan kepada kaum mesjid, kami berdua ke MGR minum kopi sebagai pengurang rasa kantuk yang mendera. Sejenak kemudian kembali, kutinggalkan Ayum di tempat semula dan pulang ke rumah untuk subuh. Kemudian memberikan kabar pada kawan-kawan.
Menjelang siang ke acara resepsi terus ke rumah duka sampai selesai tahlilan turun tanah.
Selamat Jalan Kai, Selamat Jalan Bapak H.Abd. Wahab Sya’rani bin Saleh, semoga amal ibadah Bapak di terima disisiNya.Amien ya Rabbal ‘Alamiiien.
Seorang tetuha masyarakat yang di segani telah kembali menghadap Rabbul Izzati.

6 komentar:

  1. InnaLillahi Wa inna Ilaihi Roji’uun

    turut berduka cita ya

    oh ya salam kenal slalu..

    BalasHapus
  2. Umay baburinix,,,,kaya hintalu bajarang ja lg,,,,,Manujuh hari kah tadi malam,,,,hehhehh,,,,unda sawat mauk tujuh kuliling ma ugai templat,,,untung kada tahambur,,,,

    BalasHapus
  3. InnaLillahi Wa inna Ilaihi Rojiun

    turut berduka cita nah.

    anu nih, pian umpatkah tulakan kemping blogger teh?? a'am am umpat juakah?

    BalasHapus
  4. bunda ririe: terimakasih Salam kenal balik ya mbak

    zek-hoo : hadir juakah imak malam itu ...haw....kanapa sawat mauk...teh

    cumie : saku kada kawa si pa unjunan niti ...umpat tulak...

    BalasHapus
  5. InnaLillahi Wa inna Ilaihi Rojiun

    aku turut berduka cita ya mas... wah aku dulu prnah tinggal di banjarbaru... komplek sukarelawan permai terud pindah ke bjm skrg di jogja

    BalasHapus
  6. Artikelnya bagus gan , Makasih gan buat informasinya semoga bermanfaat buat kita semua salam kenal aja dari aku

    BalasHapus

TERIMAKASIH JIKA ANDA SUKA BERKOMENTAR!