Jumat, 19 September 2008

Suster Hilari! maafkan Salahku

Hari ini aku terlambat masuk kerja, hehehe…ketika sampai di toko aku langsung diminta untuk mengantarkan 3 paket komputer serta perangkat tambahan lainnya sekaligus membawa nota pembeliannya.
Dalam perjalanan menuju tempat dimana pemesan sudah menunggu, tidak ada firasat apa-apa dalam benak, hanya cerita sedikit tentang perkenalan temanku dengan seorang cewek, hehehehe biasa! Maklum masih surangan…
Sampai di TK/SD/SMP Sanjaya Gg. Purnama Banjarbaru, kami di terima seorang pengelola dan meminta kami untuk memutar arah agar mobil carry butut kami bisa masuk ke halaman sekolah.
Hmmmm…. Banyak sekali murid-muridnya, mereka sebagian mendekat karena pengen tahu apa yang kami bawa, wajar saja..
Kami di persilakan membawa paketan ke ruang kepala sekolah, yakni suster Hilari, satu persatu paketan itu kami angkat ke ruangan itu disaksikan oleh suster Hilari serta dua karyawannya. Kemudian mengecek semua paketan, eih… ternyata ada satu yang kurang tapi bukan termasuk paketan melainkan sebuah printer servisan yang diminta untuk di infuskan, wah….
Suster Hilari kemudian mengontak ke toko dan menanyakan keberadaan printer itu, ternyata masih ada, sukurlah dan aku bersedia mengantarkan kembali. Hehehe…
Setelah semua barang di cek, barulah Suster Hilari mengadakan pembayaran lewat aku dengan jumlah uang yang tertera dalam nota yakni Rp.19.175.000,-
Yup! Aku mulai menghitung lembaran lima puluh ribuan yang terikat gelang karet, ada sepuluh ikatan, kemudian kembali menghitung lembaran dalam satu ikatan yang berjumlah dua puluh lembar, satu ikatan berjumlah satu juta, berarti jumlah keseluruhan sudah sepuluh juta, hehehe…
Kemudian aku menghitung uang lima ribuan yang juga terikat gelang karet, ku hitung berjumlah sembilan ikatan plus tambah seratus tujuh puluh lima ribu, lalu mengecek uang lima ribuan itu masing masing berjumlah dua puluh lembar. Di sinilah aku melakukan kesalahan besar, aku tidak menyadari kalau uang lima ribuan yang berjumlah dua puluh lembar dalam satu ikat itu Cuma seratus ribu rupiah, benar! Memang aku tidak sadar kala itu, karena mengikuti hitungan pertama yakni lembaran lima puluh ribu.
Memang sebenarnya waktu itu Suster Hilari sudah mengucapkan kata-kata” di jamin kalau uang itu sampai ke toko “ aku bilang iya dan akan balik lagi dengan membawa printer infus yang masih ketinggalan…
Sampai di toko uang pembayaran paketan itu ku serahkan semuanya, tanpa tahu apa yang akan terjadi, aku langsung mempersiapkan printer infus canon ip 1700 milik mereka kemudian di kasih nota pembelian tanki infus plus cartridge color seharga Rp.390.000,- dan berangkat lagi dengan naik roda dua.
Di ruang kepala sekolah aku tidak menemukan Suster Hilari berada melainkan hanya guru-guru lain. Aku diminta untuk meletakkan printer tersebut di salah satu ruang guru, saat mau mencolokkan kabel usb, aku kaget manakala tidak melihat colokkan usb di belakang cpu, eih… ternyata kompinya masih Pentium II masih pakai parallel, hehehe… untungnya Suster Hilari datang dan meminta ku untuk membawa ke ruangan seberang sana dimana Suster Hilari tinggal, dan aku juga diminta untuk mempraktekkan gimana ngeprint kala memakai infus hehehe…setelah pembayaran di lakukan aku mohon diri pulang ke toko dan menyerahkan kembali uang tersebut…
Satu jam berselang manakala mau pulang buat jum’atan, aku kaget ketika di beritahu oleh sekretaris bahwa uang paketan tersebut kurang delapan juta, aku tersentak dan kembali mengingat kejadian barusan, waduuuuhhhh gawat memang! Aku berusaha tenang dan menceritakan kala aku menghitung di depan Suster Hilari tadi, kemudian mereka memberitahukan kepada Suster Hilari melalui telpon seperti adanya, dan kami akan mengecek ulang dan memberitahukan kembali perkara tadi.
Setelah kami bertemu Suster Hilari dan menjelaskan semuanya, ternyata memang benar uang tersebut memang kurang, aku bersukur sekali bisa keluar dari masalah ini, jika tidak! Entah bagaimana nasib selanjutnya, aku juga mengaku salah karena kekeliruan yang ku buat tadi tanpa bermaksud apa-apa, Suster Hilari juga sadar akan kekeliruannya, karena kesibukan lain yang berbarengan dengan adanya pihak bank, entah nego apa yang mereka lakukan.
Dengan segera Suster Hilari kembali mengecek uang yang kami serahkan di depan kami berdua, benar! Uang lima ribuan itu memang berjumlah seratus ribu dalam satu ikat, ada sembilan ikatan tambah seratus tujuh puluh lima ribu, bukan satu juta tambah seratus tujuh puluh lima ribu.

Suster Hilari! Maafkan Salahku

Kami berdua juga Suster Hilari merasa lega setelah pembayaran ulang di lakukan, kata Suster Hilari “ untung tidak sempat satu malam, kalau tidak! maka akan susah kepercayaan masing-masing dalam hal ini “ kami berdua hanya mengiyakan dan pamit permisi meninggalkan TK/SD/SMP Sanjaya Banjarbaru.
Aku merasa bersukur telah terlepas dari masalah ini, lain kali aku akan berhati-hati dalam soal menghitung uang dalam jumlah besar seperti tadi, semoga ini tidak terjadi lagi padaku.


19 Ramadhan 1429/19 September 2008

1 komentar:

  1. caiiiirr...
    sadang pang pinanya buka bareng pulang nih, tinggal kontek a'am ja ni wkwkwkw..
    kayapa jar bisa siwah kayatu pian nih?
    pasti gara-gara nang dihadapi babinian sabarataan wkwkwkw

    BalasHapus

TERIMAKASIH JIKA ANDA SUKA BERKOMENTAR!