Jumat, 22 Oktober 2010

Hasil Karya yang jadi petaka



Hampir atau mungkin lebih dari satu bulan aku tak kasih postingan! Hehehehe….
Rasanya ada sesuatu yang kurang dan harus aku lakukan, yeah..paling tidak mengisi kekosongan, sembari mengingat ingat apa sih kira kira yang layak di kasih post.
Hmmm…cerita aja deh….langsung aja nih! mumpung masih belum ilang?

Ada satu yang bikin aku tertawa manakala teringat salah satu baju kaos yang pernah ku pakai hasil sablon bikinan sendiri, betapa tidak! Ini asli hasil karya anak bangsa hehehe….., namun janganlah anda menirunya, karena akan merugikan anda dan orang lain. Why?
Ya, karena hasil karya itulah yang merugikan!
Sebuah keinginan yang harus ku penuhi saat itu, yakni memiliki baju kaos hasil karya sendiri memang terasa bangga saat itu, namun aku tak memikirkan akibat yang harus ku tanggung sendiri, itulah sebabnya mengapa merugikan.
Sebuah baju kaos putih, bergambar dua ekor itik jepun tepat di bagian belakang dengan bertuliskan : iki sing lanang opo sing wedo? Dengan jawaban yang jauh sekali dari kebenaran, kata orang sih menyimpang dari jawaban aslinya, “bisa ai bakunyung tapi kada laju”.

Liat gambar ini ya!
Ada rasa bangga untuk membuat orang ketawa dengan hasil karya itu, namun aku belum tahu akibat dari kata kata itu sehingga bisa merugikan diriku dan orang lain.


Saat bertugas untuk membeli bahan bahan kertas ke Banjarmasin tepatnya hari Jum’at sekitar pukul sebelas, aku menerima dan mengiyakan saja, beberapa catatan kecil dan uang menyertaiku dan aku di suruh naik taksi dan tak menyadari kalau hari itu aku memakai baju kaos itu.
Dalam penantian menunggu taksi tak ada satupun taksi jurusan Martapura - Bjm yang lewat saat itu, dari kejauhan terlihat taksi jurusan Hulu Sungai – Bjm sedang melaju, kupikir tak ada salahnya ikut taksi ini. Tanpa ragu aku melakukan gerakan tangan agar taksi itu berhenti untuk kemudian membawaku ke Bjm.
Dalam mobil taksi itu aku mendapatkan tempat duduk yang terbuat dari kotak (kursi tambahan gitu lho) tepat di samping pintu keluar masuk penumpang.
Dalam perjalanan, terasa sekali. Begitu cepat sang sopir mengendalikan taksinya. Terbukti beberapa kali sang sopir melakukan gerakan gerakan rem mendadak, cukup membuat panik sang penumpang, termasuk aku.
Aku kadang merasa senang, karena akan cepat sampai ke Bjm, tapi aku juga merasa khawatir kalau kalau terjadi sesuatu yang tak di inginkan semua penumpang ( gair jua ieh, mun kalalajuan ).
Hari itu adalah hari Pasar di daerah Gambut( -+14 Km dari Bjm), taksi yang ku tumpangi melaju berkecepatan tinggi melintas daerah itu dan tiba tiba ada seseorang yang menyeberang dengan cepat, kontan sang sopir mengerem mendadak!
(aku tidak tahu bunyi bunyi apa yang barusan ku dengar dalam mobil taksi itu) yang jelas aku terlempar dari kursi tambahan itu hingga ke depan dan kepalaku terantuk kemudian aku berusaha untuk kembali duduk seperti semula dengan kekhawatiran yang sangat ( saat itu yang ku dengar suara dari nenek nenek “ sabar pir, sabar pir, bawa ba ingat” ).
Aku berusaha untuk tenang dan tidak menikmati lagi perjalanan ini, yang ada hanya was was, khawatir menyelimut dalam diri sambil memperhatikan kedepan jalan yang akan di lalui taksi ini. Sang sopir tetap saja mengendalikan taksinya dengan kecepatan tinggi.( kupikir biarlah, serahkan saja ).
Memasuki area loket masuk sang sopir masih saja menambah kecepatan hingga tepat di pintu loket mengerem mendadak! Untuk bayar retribusi. Terdengar sang sopir mengeluarkan kata kata yang tidak enak, karena melihat Ban mobil lepas dan menggelinding ke depan
“ Bungul banar! Sopir tu, kada di papariksa kah mutur, sampat ban nya pacul nang kaya itu? Bahasa Indonesia nya kurang lebih seperti ini:
(“bodoh benar sopir itu, tidak di periksa betul tuh mobil, sampai ban mobil lepas seperti itu”)
Tiba tiba taksi yang kami tumpangi perlahan miring dan semua penumpang merasakannya.
“ Pian pir ai nang Bungul !(anda sopir yang bodoh) Ujar beberapa penumpang yang merasa kesal dengan ulahnya.
Sedikit mengejek memang! Namun di sertai dengan gelak tawa sebagian penumpang lain, agar tidak terlalu menyinggung perasaan sang sopir.
“ hah, ban muturku ah nang pacul? ( hah, ban mobil saya yang lepas! )
“ ya am, kada ba ingat ingat mambawa mutur” jar penumpang lain.
Aku tidak tahu sumpah atau kata kata apa yang keluar dari mulut beberapa penumpang taksi itu kepada sang sopir, yang jelas aku keluar pintu dan membayar ongkosku kepadanya. Kemudian menjauh.

Sementara kumandang adzan kedua telah terdengar dari masjid yang terdekat, aku berusaha menuju kesana untuk melaksanakan sholat jum’at.
Aku mendapatkan barisan paling belakang, ya karena memang telat.
Ketika sholat jum’at mulai di laksanakan, aku mengisi barisan kosong di depan kemudian melakukan sholat jum’at mengikut imam.
Nah di rakaat kedua inilah yang jadi bencana bagiku dan orang lain, kenapa?
Karena di belakangku terdapat tiga atau empat anak anak yang mengikuti sholat jum’at hari itu, secara tidak langsung mereka melihat dan membaca dengan nyaring apa yang tertera di baju kaosku, aku merasakan itu dan terkejut juga hingga aku tak sadar ikut terbawa arus oleh tawa mereka, padahal kan sedang sholat jum’at?
Aku berusaha untuk menahan tawaku sendiri sekuatnya agar tidak terdengar nyaring, aku tidak bisa! Aku malu pada diriku dan semua orang saat itu sambil mengikuti gerakan gerakan sholat hingga akhir.
ini adalah bencana karena hasil karya sendiri, ada sifat rasa bangga saat memakai baju kaos itu. Itulah yang terjadi.

mungkin sifat bangga itulah yang menjadi sumber malapetaka dan menjadi pemicunya sehingga menimbulkan ke tidak tenangan orang lain saat itu
Selain itu, bangga atau sombong merupakan sumber sifat dendam yang dipastikan akan selalu berorientasi membalas dendam. Juga sebagai sumber kemalasan beribadah dan beramal.
untuk itu mari kita menyingkirkan rasa bangga atau sombong dalam diri kita masing.
Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.

Salam blogger!